Featured Post

LENTERA DI UJUNG NEGERI

Pagi itu, kabut masih tebal di lereng Gunung Arfak. Jalan tanah yang licin dilalui dengan langkah hati-hati oleh seorang lelaki paruh baya bernama …

Latest Posts

API DI PANGGUNG SEKOLAH

Posting Komentar
Angin pagi menampar lembut wajahku ketika aku tiba di sekolah. Udara Larantuka masih basah oleh embun, dan di bawah pepohonan flamboyan yang bermekaran merah menyala, anak-anak sudah berlari-lari kec…

DOA YANG TUMBUH DARI ABU TUNGKU

Posting Komentar
Fajar belum sepenuhnya bangun ketika suara batuk kecil terdengar dari tikar di ruang tengah. “Ma… air…” Suara itu lemah dan serak. Ibu menoleh. Di tikar tipis itu, anak semata wayangnya, Jemi, m…

DI AMBANG CAHAYA YANG PULANG

Posting Komentar
Di ufuk barat yang lembut bergetar, matahari menumpahkan emas terakhirnya ke tubuh laut yang tenang— di sanalah Kaimana bernafas dalam cahaya. Langit memerah seperti hati yang rindu, ombak berdekap…

SUMPAH PEMUDA DARI TANAH KAIMANA

Posting Komentar
Di bawah langit biru Kaimana, angin menulis puisi di atas ombak, membawa bisik leluhur dari batu karang dan bintang, tentang laut yang jujur menjaga rahasia, tentang tanah yang menumbuhkan kasih di s…

MENUNGGU HAK DI UJUNG JALAN PANJANG

Posting Komentar
Namaku Lina, seorang guru honorer bahasa Jerman di sekolah kecil yang nyaris dilupakan peta. Sekolahku berdiri di atas tanah berbukit, jauh dari jala…

DI ANTARA UANG DAN SUNYI

Posting Komentar
Pagi turun perlahan seperti embun yang menahan tangis. Di meja makan, nasi sudah mengepul, telur mata sapi mulai dingin, dan suamiku masih sibuk menatap layar ponselnya—jari-jarinya lincah menekan …
Terbaru Lebih lama