“GURU DI TANAH RANTAU”

Posting Komentar


Di tanah yang tak kupahami bahasanya,
aku menanam huruf-huruf di ladang kering harapan.
Setiap pagi, aku menyapa embun
yang jatuh di papan tulis tua,
seraya mengingat wajah-wajah kecil
yang memanggilku guru
dengan lidah asing tapi hati yang sama.
Di sini, sunyi bukan musuh —
ia kawan yang menemaniku menulis doa
di antara deru angin dan aroma tanah merah.
Setiap huruf yang kutulis
adalah benih yang kutitipkan pada waktu:
semoga tumbuh jadi pohon pengetahuan,
meski kelak aku tak lagi ada.
Anak-anak menatapku dengan mata laut —
dalam, penuh tanya,
tentang dunia yang belum mereka jejaki.
Maka kuceritakan tentang kampungku,
tentang sawah dan sungai,
tentang ibu yang menunggu kabar,
tentang janji seorang pengajar
yang memilih tak pulang,
agar cahaya tak padam di ujung negeri.
Di rantau ini, aku belajar arti memberi tanpa menunggu,
mencintai tanpa dikenal,
dan menulis tanpa nama di batu sejarah.
Aku hanyalah bayang di antara pagi dan senja,
namun selama kapur masih menari di tanganku,
aku tahu —
ada kehidupan yang tumbuh dari pengorbanan.
Karya Osin Bahy
saya osin bahy

Related Posts

There is no other posts in this category.

Posting Komentar