Sebuah Refleksi: Menjadi Pengkritik yang Kritis dan Produktif

Posting Komentar

 

Menggosip merusak tatanan keharmonisan dalam lembaga kerja dan jiwa rekan kerja

Lembata – Apa yang sudah Anda buat kalau karakter Anda hanya tahu mengkritik orang tanpa memberikan contoh yang menjadi sebuah pendasaran? Ungkapan seperti ini kadang menjadi pukulan telak bagi setiap sosok yang suka mengkritik rekan kerja atau dengan kata yang lebih gaul yakni bagi orang yang suka menggosip.


Barangkali menggosip adalah perangsang kebahagiaan orang? Amat miris bahwa tingkat kebahagiaan seseorang ditempuh dengan cara menggosip dan menjatuhkan rekan kerja.


Semakin ia menggosip dan menjatuhkan rekan kerja, semakin pula ia bahagia. Miris! Apakah itu tipe seorang penggosip atau pengkritik yang berpikir kritis dan punya produktivitas di tempat kerjanya? Mari kita refleksikan bersama.


Pada dasarnya, sebuah idealisme lembaga atau  lainnya bisa ditempuh kalau adanya sebuah perbedaan pendapat. Itu mesti diakui. Sebab setiap manusia, setiap rekan  kerja punya kelemahan dan kelebihan masing-masing. 


Orang yang sudah membuktikan sesuatu tidak berarti bahwa ia sempurna tetapi butuh pikiran dan mulut lain dari rekan kerjanya untuk menimbang dan memberikan masukan kritis.


Intinya ialah bahwa setiap masukan yang datang mesti dipertimbangkan terlebih dahulu secara kritis dan matang jangan sampai  tong kosong nyaring bunyinya. 


Karakter suka omong orang, tidak tahu mengapresiasi orang adalah karakter yang merusak sebuah tatanan keharmonisan dalam dunia kerja. Itu perlu diingat. Ia bukan hanya merusak keharmonisan, ia juga telah merusak jiwa, merusak batin rekan kerjanya yang menjadi sasaran gosip atau kritikkan dimaksud.


Dunia gosip menggosip ini ternyata tidak hanya ada dalam sinetron Indonesiar tapi sering ditemukan di dalam dunia kerja kita bahkan di dalam rumah tangga kita. Kakak kandung menggosip adik kandungnya maupun sebaliknya.


Sementara itu, di tempat kerja, orang yang melakukan sesuatu dengan pemikiran positif seringkali diterpa angin gosip dari rekannya yang lain karena faktor suka atau tidak suka bukan karena faktor berpikir kritis.


Untuk menghadapi rekan kerja model ini, setiap sasaran gosip mesti terbuka menerima semua itu dengan tenang dan senyum. Semakin digosip, ia mesti semakin produktif menciptakan inovasi bukan membuang-buang waktu menggosip rekan kerjanya. 


Selain itu, pengkritik berjiwa gosip akan didengar jika ia sudah membuktikan produktivitasnya bukan hanya duduk berkumpul dan omong orang. 


Biasanya orang yang suka menggosip karena ia tidak mau melihat rekan kerjanya berkembang. Itu tipe orang-orang tak produktif yang berpikiran monoton dan tak terbuka juga tidak suka berdiskusi kritis. Salam. (Osin Bahy) 

Karya Osin Bahy
saya osin bahy

Related Posts

Posting Komentar